Saturday, August 31, 2013

Anak Tengah

Sulit untuk tetap waras di tengah situasi yang tidak hanya memojokkan tapi juga sudah menggiring aliran darah untuk memuncak, siap untuk meledak.

Sulit untuk tetap diam di tengah hujatan tak bertuan yang dilontarkan kesana kemari tanpa tau siapa yang benar siapa salah. Menunggu kambing hitam untuk disembelih beramai-ramai.

Sulit untuk tetap tersenyum di tengah tusukan demi tusukan yang diterima depan dan belakang.

Sulit, untuk tetap menjadi diri sendiri ketika begitu banyak godaan untuk menjadi lebih dari sekedar diri sendiri.

Sekelumit rasa yang aku rangkum dalam cerita anonim, bukan untuk menunjuk siapa teman siapa lawan. Tidak. Aku sudah tau dari dulu. Ini sekedar desah malam, pada dinding-dinding yang membisu cermat mendengarkan ceritaku. Tentang Jakarta, ibu kota. Tentang hidup, sekedar berceloteh saja.

Seorang teman, menangis tersedu sedan, menabrakku yang baru saja membuka pintu. Pecah tangisnya di dadaku. Kupeluk dia erat sambil ku katakan, "Diam, jangan disini".

Kugiring dia ke kamar mandi, dia menangis sejadi-jadi. Diceritakannya apa yang baru saja terjadi, tak disangka, dikhianati "bangsa" sendiri. Aku diam, kudengarkan ceritanya, menangkap apa gelisah hati yang dia alami.

Kubujuk dia untuk tenang, kubujuk dia untuk berfikir terang.

Sulit.

Seorang teman menelponku dengan nada garang. Merasa tak senang dengan cara pemain di "medan perang". Saling sikut, saling bantai. Tak ingat pernah menancap bersama satu bendera, pertemanan. Berapi-api dia menjelaskan kronologi, ini bukan pertama kali merasa disakiti. Diam berarti salah. Lantang berarti melawan. Jadi, harus apa?

Kugiring pikirannya untuk melihat dari kacamata berbeda. Disini aku yang waras, dia yang sedang membabi-buta. Kalau sampai aku salah bicara, bisa jadi dibilang aku antek-antek lawannya.

Kubujuk dia untuk tenang, kubujuk dia untuk berfikir terang.

Sulit.

Menjadi penengah bukan tak sulit. Untuk mendengarkan kisah dari dua sisi, melihat dari teropong yang lebih besar dibanding mereka yang sudah keburu terbakar api emosi. Kadang aku bertanya, jika aku di posisi sulit, apakah mereka akan ada untukku? Pasang badan untukku? Seperti yang kulakukan saat ini pada mereka.

Entahlah. Atas dasar pertemanan. Atas dasar pengalaman.  Aku membiarkan diriku ditengah pertempuran. 





Adorable

No comments:

Post a Comment