Monday, July 23, 2012

Wow, What a Journey

Ada banyak makanan ringan di meja makan yang aku cicipi, sekedar ciumi, atau yang kebetulan enak dan langsung di habiskan. Iseng, sebelum tidur. Entahlah, memang sedang ngidam sepertinya. Ngidam gendut, ngidam semok mungkin. Yang belakangan selalu ditahan-tahan. Sabar, sabar, tunggu pengumuman, kemudian baru kita sikat ya mba'bro, begitulah kira-kira kata hatiku. 

Menuju kamar tidur di bawah jam 12 itu seperti apa ya, sia-sia. Karena pikiran masih entah dimana, ide meloncat-loncat seperti salmon yang sedang hijrah, menjalar ke pembicaraan imaginasi dan duniaku. Kepada dinding, kepada cermin, kepada boneka, kepada mereka-mereka yang mengerti aku tapi tidak oleh si Adik. Katanya aku aneh, setelah berkali-kali menangkap basah sedang komat-kamit, tersenyum, dan diam sendirinya. 

Dia memang sudah cukup besar untuk kutipu, bahwa aku sedang dimabuk cinta. HA, basi. Bukan itu. 

Tidakkah kalian dengar, dinding itu memanggil untuk bercerita. Hanya saja mungkin kalian terlalu sibuk dan angkuh untuk bercerita. Padahal mereka saksi mata, atas air mata, jerit bahagia atau sekedar rayuan pulau kelapa kalian di tengah malam buta. Bisikan mereka membuat aku tidak bisa tidur. "Ceritakan" katanya. 

Mereka tahu, ceritaku banyak. Tak habis di dengar berminggu-minggu. Ruangan ini temaram, memutar lagu Indonesia yang sayu-sayu itu cara mati galau terbaru yang lagi tren di sini. Ciih, sampah!! Segera saja saya klik Amphetamine, melayang ingatan pada wajah-wajah sangar tampan berbaju hitam di kawasan Kuta. Aha. Ini lebih baik. 

Hei Pujangga, apa kabarmu??
Dimana tulisan-tulisan cintamu dulu? 

Ada, kusimpan khusus yang enggan untuk kupamerkan. Bukankah kau sudah lihat, bahwa karyaku adalah MASTERPIECE yang sempurna. Kurangkaikan kata dengan rasa, kubalut dengan cinta, kukemas sebaik-baiknya, tapi tidak kah kau lihat semua berakhir di Recycle Bin pojok kiri atas? 

Enggan pula kusimpan kenangan, padahal tulisan itu kubuat sepenuh jiwa. Tak tahukah engkau betapa sakitnya membaca cinta membabi buta yang sudah mati rasa? Makanya,aku tak lagi mengirim surat cinta. 

Puisi cinta kunikmati sendiri saja, rasanya lebih lama kalaupun harus pisah juga, tak apa, toh tidak bernama. Aku ini ANONIM. Cintaku seperti berpantomim. Tanpa suara, sarat makna. 

Kemarin, aku sedang merapikan memoriku. Menata sedikit gambaran masa lalu, sungguh lucu ketika ada satu surat cinta lengkap dengan foto pengirimnya. Hanya dia satu-satunya lelaki yang mengirimiku tulisan seperti itu. Ah, andai saja pacarku yang sekarang tau, bahwa selipan Amplop putih yang dia berikan kepadaku di bandara di hari terakhir aku di Doha, aku benar-benar ingin berteriak OHMAYGOODDD, I got Love letter!!! 

"Buka di pesawat saja" katanya, membisikiku.

Aku yang sudah girang setengah mati membayangkan surat merah jambu berbau harum, menyabarkan diri untuk membukanya setelah berhasil mencari tempat duduk di pesawat. Pelan kubuka, takut merusak isi di dalamnya dan terpana!!

Damnnnn maan!!! I don't wanna thissssss!!!! #kecewa

Tidak pernah berfikir bahwa aku mendapatkan hal lain. Sudahlah, membuatku bad mood setengah mampus. 

Aku bukannya merindukan masa lalu, hanya saja mengingat, how fun it was to receive a love letter. But never mind, I accept him as the way he is. Every man has different way to please his girlfriend I believe. 

Ceritaku ke belakang sungguh menakjubkan. Untuk bisa berdiri seperti ini, keajaiban bahwa aku masih hidup dan benar-benar menghargai apa yang aku punya. I have plenty of times to tell you how difficult, how fun, how stressful, how amazing this life. But, for sure, be THANKFUL to ALLAH swt and don't waste it.

Bukankah untuk menjadi bijaksana, you have to be YOUNG and STUPID!!
Have Fun, don't look back and regret. Look back and say, Wow, it was amazing journey.



 Adorable

No comments:

Post a Comment