Wednesday, September 12, 2012

Hard-Working Type

Satu hal yang dari dulu saya jaga dan memang diajarkan dari kecil, tidak membiasakan diri untuk menengadahkan tangan meminta atas sesuatu kecuali untuk berdoa. Apa yang saya dapatkan, hadiah-hadiah yang saya punyai tidak begitu saja saya dapatkan. Harus rangking kelas dulu, harus juara dulu, khatam Quran dulu, sedini mungkin orang tua saya mengajarkan bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu lewat KERJA KERAS.

Dalam Islam sendiri, diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah. Menjaga malu, kehormatan, raut muka, sehingga orang-orang yang tidak mampu bekerja lebih keras sehingga tidak mengandalkan bantuan dari orang lain. (H.R. Muslim)

Islam itu mandiri. Islam itu berani berdiri dengan kaki sendiri.

Anehnya, modus berpura-pura miskin itu justru semakin marak dan semakin nge-tren. Banyak orang-orang miskin di perkampungan yang rela berbondong-bondong ke Jakarta, diorganisir sedemikian rupa untuk menjadi pengemis. Ini jadi PR untuk semua orang, kenapa (menjadi) miskin itu sudah bagian dari PEKERJAAN??

Saya percaya, gap yang terjadi di lingkungan kita saat ini mungkin sudah cukup besar. Ketika si Kaya hilang peka dan yang miskin terbuai mimpi belaka menunggu "durian runtuh" tanpa harus bersusah payah bekerja.

Edyaannn...


Ini pula yang saya rasa kemarin. Setelah membulatkan tekad untuk mengundurkan dari perusahaan besar di Timur Tengah sana, dengan UANG SEADANYA saya kembali ke Indonesia. Waktu itu saya sudah membuat pos-pos pengeluaran, terutama untuk 3 adik saya yang lulus sekolah berbarengan. Ada yang lulus SD, SMP dan SMA dan memang biaya yang saya siapkan tidak sedikit dan penuh perjuangan mengumpulkannya. Mengesampingkan hasrat untuk belanja dan bersenang-senang, menyingkirkan daftar liburan, dan banyak lagi. Intinya satu saja, mereka tanggung jawab saya.

Ketika sampai di Indonesia, tentu banyak hal yang saya siapkan. Banyak hal yang butuh perencanaan matang, jadwal interview, biaya taksi, dan lainnya. Alhamdullilah, tabungan saya yang tidak banyak tadi masih cukup meng-cover semua pengeluaran. Saya mencoba berhemat sepintar mungkin, tidak langsung meng-iyakan setiap tawaran BukBer toh saya pikir besok-besok bisa ketemu lagi kok, kan sekarang memang udah jadi bagian orang Jakarta :P
Lalu, tidak tergiur untuk nongkrong-nongkrong, nonton, ngafe, apapun yang bersifat menghamburkan uang. Belum lagi Lebaran sebentar lagi, saya OGAH ber-zakat di MALL yang bertebaran di Jakarta raya ini. 

Lalu, ada satu hal yang kemarin cukup lucu bagi saya. Sejak saya bekerja, sudah tidak pernah lagi saya meminta uang kepada orang tua, bahkan saya rajin mengirimi walau tidak seberapa. Belum lagi, kepada uwak atau bibi saya dan ketika mudik pertengahan May lalu, salah seorang bibi saya menyelipkan beberapa lembar Pahlawan I Gusti Ngurah Rai berwarna biru.

Malunya saya, mencoba menolak tapi tetap diselipkan. Memang, UANG menjadi hal SENSITIF meskipun yang memberi orang yang sudah sangat saya kenal, keluarga saya sendiri. Saya merasa tidak pantas, lebih baik diberikan kepada adik saya yang emang masih sekolah dan senang jajan. 

Dibilang kapok yaa cukup kapok, mungkin besok-besok kalo mau nganggur ya perhatiin uang tabungan, hehehe. Cuman, percaya ajalah yaaa book, rezeki mah udah ada yang ngatur :P

Kerja keras!! Pantang "ngemis" karena Allah sudah memberikan kita fisik yang sehat, otak yang cerdas untuk berfikir, tinggal kemauan aja yang harus terus di geber.


Insha Allah




Adorable

2 comments:

  1. Islam itu mandiri. Islam itu berani berdiri dengan kaki sendiri.
    Keren kakak..yuk lebih semangat dalam melewati hari2 penuh makna :))

    salam sore

    ReplyDelete